RSS

Cari Blog Ini

Bencana Alam nasional



Selasa, 27 November 2012


tsunami aceh : termonuklir atau bencana alam?

Tragedi tsunami di Aceh telah 6 tahun berlalu, bencana alam terbesar ini telah menewaskan ratusan ribu jiwa, jutaan rumah rata dengan tanah, bumi Aceh seperti ladang yang hanya berisi sampah reruntuhan dan mayat yang berserakan. Gulungan ombak itu seolah melenyapkan kehidupan di sana. Seluruh dunia turut berduka dalam tragedi tersebut.

Sebagian besar orang menganggap musibah ini adalah bencana alam. Sebabnya adalah lempeng bumi di belahan Sumatera yang mengalami pergeseran dan menimbulkan patahan sehingga terjadilah gelombang tsunami yang diawali dengan gempa bumi yang berkekuatan 6,8 skala richter menurut catatan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG). Berbeda dengan catatan yang diberikan oleh NOAA Amerika Serikat yang mencatat bahwa kekuatan gempa mula-mula sebesar 8.0 SR kemudian diralat menjadi 8.5 SR lalu diralat lagi menjadi 8.9 SR sampai akhirnya NOAA menetapkan bahwa kekuatan gempa yang menimpa Aceh saat terjadinya tsunami adalah sebesar 9.0 SR.

Perbedaan mengenai kekuatan gempa Aceh ini bagi sebagian kecil orang menjadi sebuah kecurigaan. Mereka menganggap ada skenario dibalik tsunami yang melanda Nanggroe Aceh Darussalam. Seorang dosen Fakultas Tekhnik Unisba Bandung, M.Dzikron A.M termasuk ke dalam sebagian kecil orang yang mencurigai musibah yang melanda Aceh. Tak lain musibah itu diduga adalah skenario dari negara adidaya.

Selain adanya perbedaan mengenai catatan kekuatan gempa, faktor lain yang menguatkan bahwa tsunami Aceh merupakan tsunami buatan manusia adalah perbedaan mengenai letak Epicentrum (pusat gempa pada permukaan bumi). Australia merekam Magnitudo dan posisi Epicentrum sesuai dengan yang ditentukan oleh kantor Geofisika Jakarta yaitu gempa berukuran 6,4 pada Skala Richter menimpa utara pulau Sumatera. Titik gempa berada di 155 mil selatan-tenggara Provinsi Aceh. Lokasi ini berbeda 250 mil dari posisi yang ditentukan oleh NOAA Amerika Serikat, yang menyatakan bahwa Epicentrum berada di barat daya Provinsi Aceh.

Selain itu Indonesia dan India juga merasakan keanehan tentang tidak adanya gempa ‘peringatan’ pada Seismograf mereka. Hal ini berarti bahwa gelombang kejut normal yang selalu mendahului sebelum gempa terjadi itu tidak ada. Namun NOAA menyatakan menerima ‘peringatan’ mengenai adanya gempa susulan, tetapi sama sekali tidak terjadi. Secara sederhana, gempa selalu dipicu oleh apa yang disebut frekuensi elektromagnetik pada 0,5 atau 12 Hertz, dan bukan merupakan sebuah proses yang terjadi secara mendadak.

Maka ketika resonansi karena frekuensi ini terjadi, pusat gempa akan mulai bergetar, dan mengirimkan peringatan adanya gempa kepada semua Seismograf dalam bentuk gelombang transversal (tegak). Jika gelombang yang diterima oleh Seismograf adalah gelombang P, maka yang dihadapi adalah gelombang akibat gempa bawah tanah atau bawah laut. Nyatanya gelombang inilah yang diterima oleh Indonesia dan India. Gelombang ini secara mengejutkan sangat mirip dengan gelombang yang dihasilkan beberapa tahun lalu oleh senjata nuklir skala besar di bawah tanah di Nevada.

Menyadari keanehan yang terjadi itu, pada tanggal 27 Desember 2004, India menolak untuk bergabung dalam rencana ekslusif Presiden George Bush yang akan menarik semua kekuatan Nuklir Asia dari koalisi baru dengan Rusia, Cina, dan Brazil.

Selain itu juga keanehan yang dapat kita saksikan secara langsung dengan mata kepala adalah kondisi mayat-mayat korban tsunami Aceh tersebut mati dengan keadaan yang hangus/hitam sejak hari pertama tsunami. Mungkinkah gelombang air laut dapat membuat tubuh manusia menjadi hitam dalam seketika, rasanya sungguh tidak masuk akal, hanya Allah maha tau segala-galanya.

Satu hal yang sangat penting untuk diketahui bahwa sesungguhnya gelombang tsunami hanya merupakan gelombang pelabuhan, sesuai dengan namanya yang berasal dari Jepang yaitu TSU yang berarti pelabuhan dan NAMI yang berarti gelombang. Jadi sedahsyat-dahsyatnya gelombang tsunami mestinya hanya akan melanda daerah sekitar pelabuhan atau pantai saja. Rasanya tidak mungkin gelombang laut tersebut sampai masuk ke daerah perkotaan seperti yang terjadi di kota Banda Aceh hingga radius 7-9 Km dari bibir pantai Ulhee Lhee sampai ke Mesjid Raya Baiturrahman yang berada di pusat kota.

Tentunya kita bertanya dengan alat secanggih apa yang bisa membuat bencana sedahsyat tsunami yang melanda Nanggroe Aceh Darussalam tersebut. Hanya ada satu jawaban yang paling mungkin, yaitu dengan menggunakan Bom Nuklir. Bom yang pernah meluluhlantakkan kota Hirosima dan kota Nagasaki rata dengan tanah.

Bom itu diduga Thermonuklir, tak lain adalah nuklir yang dapat mengakibatkan ledakan dan menimbulkan gelombang laut yang maha dahsyat tersebut. Tiga bulan pasca tsunami, Provinsi Aceh dikepung oleh kapal induk milik AS yang diduga memiliki tujuan agar para peneliti tidak mendekati perairan Aceh dan mereka bisa membersihkan puing-puing sisa bom nuklir tersebut. Akan tetapi 2 bulan pasca tsunami yang melanda Aceh ditemukan sampah nuklir berserakan di Somalia, seperti yang diungkapkan oleh UNEP. 

Namun Radio Voice Of America (VOA) mengklaim bahwa sampah nuklir itu berasal dari Eropa. Padahal pada tahun 1972 PBB telah mengeluarkan peraturan yang melarang membuang sampah nuklir ke laut, tetapi mengapa justru ditemukan adanya sampah nuklir di perairan Somalia saat itu.

M. Dzikron A.M mengungkapkan pendapatnya mengenai adanya tsunami buatan ini dikarenakan oleh beberapa faktor. Yang menjadi faktor utamanya diduga berkaitan dengan motif ekonomi. Seperti kita ketahui bahwa Provinsi Aceh merupakan daerah yang menyimpan kandungan gas alam yang sangat banyak, untuk mengelabui warga Aceh sejak dahulu para peng-eksplore gas selalu menyebutkan bahwa cadangan gas Aceh hanya tersisa sedikt.

Aceh selain kaya akan kandungan gas, juga menyimpan cadangan minyak dan emas. Kawasan ini memang terkenal sangat kaya dengan sumber kekayaan alam. Ada Negara-negara besar yang tentunya ingin mempertahankan dan memperluas kekuasaannya dikawasan ini. Bisa jadi salah satu jalan yang ditempuh dengan melenyapkan sebahagian warga Aceh, yang selama ini dianggap mengancam keberadaan perusahaan minyak dan gas lantaran Provinsi Aceh terus mendesak tuntutannya agar diberi hak yang lebih besar terkait kekayaan alam di wilayahnya.

Karena demikian kompleksnya tanda-tanda yang muncul sehingga sulit untuk membedakan tsunami yang terjadi di Aceh adalah tsunami yang disebabkan oleh alam ataukah sebuah bencana yang memang diciptakan oleh tangan-tangan yang mempunyai kepentingan. Tapi mari kita sejenak mengingat janji Allah dalam Alquran Surat Ar-Rum ayat 41, bahwa Allah telah berfirman “telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah mengehendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.

Banyak orang tak percaya Tsunami yang meluluhlantakan Aceh dan Nias di Sumatera Utara itu akibat rekayasa manusia. Mereka tidak percaya ada Negara besar yang mampu merekayasa bencana alam sedahsyat itu. Ada juga yang skeptis penggunaan energi Nuklir pasti menimbulkan efek lain, yaitu radiasi yang membawa banyak efek negatif bagi lingkungan maupun manusia di lokasi bencana. Siapa yang kenal nuklir dan efeknya sebelum terjadi di Hiroshima dan Nagasaki? Maka teori Tsunami akibat Nuklir pun dapat disikapi secara sama.

Secara teoritis, Warhead Thermonuklir W-53 dengan kekuatan 9 megaton dapat dengan mudah ditempatkan dalam wadah yang mirip diving chamber (alat selam dalam) yang biasanya digunakan dalam eksploitasi minyak. Wadah ini sekaligus melindunginya dari tekanan sebesar 10.000 pon per inchi persegi di dasar palung laut dalam. Bobot total berikut wadahnya kurang dari lima ton, sehingga dapat dijatuhkan dari buritan kapal suplai anjungan pengeboran minyak lepas pantai.

Di Asia terdapat lebih dari 300 anjungan. Siapa yang tahu jika salah satu dari anjungan itu dipilih menjadi tempat titik Episentrum gempa buatan itu? Kedua, yang lebih masuk akal, senjata yang digunakan bukan nuklir melainkan senjata SCALAR. Teknologi senjata baru ini memang berpotensi memanipulasi fenomena alam untuk menghancurkan musuh. Dari gempa bumi hingga angin topan dapat ditimbulkan dengan tembakan gelombang elektromagnetik berkekuatan sangat tinggi. Lebih logis jika senjata SCALAR ini yang mungkin digunakan untuk menimbulkan gempa besar yang memicu Tsunami Asia.

Tapi yang jelas,skenario menggunakan senjata yang mampu melakukan modifikasi lingkungan dan manipulasi fenomena alam, memang sangat canggih. Dengan menggunakan SCALAR, taktik “lempar batu sembunyi tangan” dapat diubah lebih efektif menjadi “lempar batu, datang, kasi bantuan dan jadi tuan”.

Teknologi perusak berbasis gelombang elektromagnetik pertama kali dikenalkan saintis Rusia Nikola Tesla. Saintis ini menjadikan bencana gempa di berbagai negara pada 1937 sebagai sampel penelitian. Selanjutnya, Tesla melakukan penelitian mengenai penciptaan alat yang mampu memunculkan gelombang frekuensi tinggi yang bisa memicu badai dan gempa tektonik. Setelah melalui berbagai penyempurnaan, alat itu mampu mengalahkan kekuatan Nuklir. Belakangan senjata pemusnah massal itu dikenal sebagai elektromangnetik SCALAR.

Dalam bukunya “The Latest Weapon of War” (2000), Dr Rosalie Bertell, menyatakan bumi bisa digunakan sebagai alat baru untuk memenangkan “peperangan”. Bumi bisa digoncangkan dengan alat berteknologi tinggi. Secara tegas Bertell berkata, dalam persenjataan tentara AS senjata terkininya adalah bumi dan cuaca. “keduanya akan menjadi senjata pemusnah terburuk menjelang 2025” kata Bertell. Senjata elektromagnetik bisa memunculkan ledakan yang seperti halnya gempa bumi. Tentu saja kekuatan ini jauh melebihi kedashyatan senjata nuklir yang dikenal sebagai senjata pemusnahan massal. 

                                                sumber:  http://niken-gafrani.blogspot.com/2012/11/tsunami-aceh-termonuklir-atau-bencana.html

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright 2009 Kelompok 2 XI-IPA 4. All rights reserved.
Bread Machine Reviews | watch free movies online by Blogger Templates